Rabu, 11 Agustus 2010

SOFYAN AKAN DIJEMPUT PAKSA OLEH POLDA PAPUA


Sudah Dua Kali Surat Pemanggilan Polda, Sofyan Tetap Menolak Karena Hamba TUHAN Hanya Patut Kepada TUHAN Dan Hukum-Nya, Bukan Kepada Pemerintah Atau Pun Kepolisian

Rabu, 11 agustus 2010

Jayapura- Kini kali yang kedua, Ketua Sinode Baptis, Pdt. Sokrates Sofyan Yoman dipanggil Polda Papua, dengan nomor panggilan B/741/VIII/2010/Dit Reskrim, namun ia tetap dengan tegas mengatakan bahwa, selaku Ketua Sinode dan Hamba TUHAN, ia tidak akan pernah menerima panggilan itu, karena ia adalah Hamba TUHAN. Dalam pandagannya siang tadi, rabu, 11 agustus 2010, ia mengatakan bahwa hamba TUHAN tidak perlu berjumpa dan tunduk kepada penguasa siapapun baik pemerintah atau pun polda.

Surat pemanggilan pertama dikeluarkan 7 agustus 2010, yang mana dimuat bahwa, Sdr. Socrates Sofyan Yoman untuk mengklarifikasi “OTK Tembak Mati Warga Sipil di Puncak Jaya”, yang mana waktu klarifikasi yang diberikan 9 agustus 2010, namun sangat lucu karena justru surat pemanggilan keduanya dibuat juga pada tanggal yang sama yakni 9 agustus 2010. Sementara perihalnya baik surat pertama dan kedua adalah “undangan Klarifikasi”.

Pandangan yang disampaikan Sofyan memanglah sangat benar, bahwa hamba TUHAN berhak melindungi umat dan jemaat dan mereka hanya berbakti kepada TUHAN, bukan kepada penguasa duniawi. Selalin itu pun bahwa seluruh Rakyat Papua di Tanah Papua tidak lagi percaya kepada militer Indonesia baik TNI/Polri karena dipandang bahwa ulah semua kekerasan di Papua adalah Mereka (Militer Indonesia). sebelumnya pandangan kenyataan mengatakan bahwa sebelum Rakyat Papua harus bergabung dengan Indonesia, Rakyat Papua hidup aman, damai dan tenteram, namun ketika Indonesia masuk dengan berbagai operasi-operasinya yang membantai dan membunuh rakyat papua dengan berbagai macam oprasi, kini membuat rakyat luka dan tak percaya kepada militer Indonesia baik polisi maupun tentara.

Tiap insiden atau pun masalah yang terjadi di Papua, pandangan Rakyat Papua adalah sebuah skenario yang sengaja dibuat dalam rangka mempercepat proses kepunahan Orang Asli Papua dan untuk membuka lahan bisnis atas pencairan dana dengan alasan pengamanan, serta agar program dibentuknya kodam-kodam baru di papua pun terjadi.

Ketika paradigma itu sudah menjadi konsumsi Rakyat Papua, dan tertanam dari satu generasi ke generasi berikutnya yang melahirkan terjadinya ketidak percayaan Rakyat terhadap Militer Indonesia. berdasarkan hal demikian, maka sudah seharusnya pihak Kepolisian malu diri dan mengintrokpeksi diri. Bukan gegabah memanggil seorang tokoh agama yang selalu menjaga dombanya dan mengatakan kebenaran terhadap penyelamatan domba-dombanya.

Jika Gembala domba (Gembala atas umat) dipanggil paksa oleh Pihak Polda, maka bagimana dengan domba-domba? Apakah Polda sengaja untuk menyesatkan domba-domba dan melahirkan konflik baru?

Ini terlihat bahwa pihak kepolisian yang ada di polda papua sesungguhnya tak memiliki sedikit nilai kemanusiaan tuk menyelamatkan orang papua, karena seorang hamba TUHAN yang selalu menyuarahkan kebenaran dan menjalankan perintah TUHAN di tanah Papua saja akan dipanggil paksa, sementara hamba TUHAN adalah suara pelaku kenabian dan kebenaran. Disisi lain juga bahwa tidak adanya penghargaan kepolisian terhadap gereja yang ada di papua, karena k
Ketua Sinode Baptis hanya menyampaikan suarah kenabiaannya atas pentinya keselamatan umat TUHAN di Tanah Papua, khususnya di Puncak Jaya. Jika suarah kebenaran dan kenabian yang disampaikan oleh Ketua Sinode Baptis saja dilarang dan ditantang sampai pada rencana penjemputan secara paksa, bagimana dengan rakyat kecil yang tidak tahu apapun? Apakah kebenaran di Tanah Papua harus dipadamkan dengan cara memanggil paksa itu?

Satu hal yang menjadi tanda tanya adalah, aparat yang dikirim ke Puncak sungguh sangat banyak sampai ribuan orang, namun ko masalahnya sampai sekarang berlarut-larut?
Kalau misalnya pembunuhannya dilakukan oleh TPN, dari mana TPN mendapatkan senjata modern, sementara pos polisi sangat ketat dan berdekatan mengurungi daerah itu?
Selain itu, semua akses masuk, sangatlah susah karena diisolirkan oleh Pihak Militer.

Jika demikian, maka semua orang akan berkata, militer harus jujur dengan semua yang terjadi itu karena semua akses dan proses diisolirkan oleh Pihak Militer.

Sungguh memprihatinkan karena ada upaya mematikan nilai kebenaran di Papua dengan cara, melumpuhkun ajaran TUHAN atas umatnya di Papua.

Dugaan dibalik penjemputan paksa Pdt. Socrates Sofyan Yoman, akan melahirkan konflik besar, sehingga disisi lain adalah upaya mematikan semangat perlawanan dan kebangkitan rakyat Papua, apalagi selisi waktu panggilan yang diluar aturan pemanggilan. Kesannya terlihat rancuh sehingga terlihat sebuah skenario yang dibangung tuk melumpuhkan semangat lawan rakyat tapi juga upaya kearah konflik papua, yakni antara rakyat papua dan kepolisian. Dengan demikian boleh dikata, memanggil Sofyan sama artinya melahirkan konflik baru di Papua.

Kini hanya penantian, kapankah hamba TUHAN, Ketua Sinode Baptis Papua, Sokrates Sofyan Yoman dijemput paksa oleh pihak Polda Papua.



By: marthen goo