Senin, 30 Agustus 2010

OTSUS PORAK-PORANDA, SIAPA DISALAHKAN...???


Kebingungan Kini Datang Dibeberapa Elit, Yang Juga Adalah Aktor Perancang Otonomi Khusus

Papua- Porak-porandanya Otonomi Khusus, kini membingungkan beberapa elit yang mendorong diselenggarakannya Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua. Selintas, tudingan demi tuningan pun saling dilakukan antara satu dengan yang lain, tanpa mengaku diri atas kesalahan yang dilakukan.

Ketidak propesionalan pun kini sangat Nampak, bahwa kajian yang selalu dilakukan hanya kajian asumsi yang didasarkan pada teori subjektif, bukan pada teori objektif. Hal itu sangat terlihat pada seorang yang sering menamakan dirinya sebagai “Pakar” di Papua, yakni DR.Muh. Abu Musaad, M.Si, yang juga adalah Ke¬tua Democratic Center Uncen dalam wawancaranya pada Bintang Papua, minggu 29 Agustus 2010. Di mana dalam komentarnya selalu menyinggung UU No. 35, sementara Papua diperlakukan UU No. 21, yang dalam implementasinya sangat tidak jelas.

Sungguh menyedihkan, dimana rancangan UU tidak serta merta dilakukan atas kajian yang lebih dalam. Sehingga prodak UU seperti UU no 21, hanya sebuah UU yang dipaksakan untuk dipajangkan di Papua, yang implementasinya sangat kabur hingga sekarang ini.
Para pencetus UU No . 21 yang mengobjekan orang asli Papua pun kini terlihat bingung dengan proses pengimplementasiannya. Sementara, dalam perjalanannya, harus ada Peraturan Pemerintah sebagai roh dari otonomi khusus itu, namun roh itu tidak diberikan, sehingga otsus papua, ibarat manusia tanpa roh, yang tentuhnya implementasinya pun akan rancuh dan mati.

Namun sungguh memprihatinkan juga, bahwa ada upaya propaganda yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, agar orang papua dan orang papua melakukan pertikaian. Atau agar ada konflik horizontal di papua.

Kini, terlihat bahwa, tata Negara Indonesia yang kacau dan campur-aduk, akan melahirkan permasalahan yang kian hari, kian membengkak. Entah apa jadi papua dan Negara Indonesia, jika semua yang tak mengerti mekanisme, namun selalu menunjukan kesok-sokannya?

Sungguh kini mencekam.




By: marthen goo
Sumber tambahan:
http://www.bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6967:otsus-sudah-tak-up-to-date-dengan-kondisi-faktual-papua&catid=25:headline&Itemid=96

POLDA MASIH MENUNTUT KEDATANGAN KETUA SONODE BAPTIS PAPUA


Ketua Senode Baptis, Socrates Sofyan Yoman Tetap Menegakan Kebenaran Di Papua, Tuk Keselamatan Umat TUHAN

Jayapura- Gereja lahir tuk menegakkan kebenaran di manapun, dan menyelamatkan umat TUHAN yang hendak dibantai dan diintimidasi di mana pun. Hal serupa pun terlihat seperti di Papua. Banyak sekali umat TUHAN yang dibantai dan diintimidasi. Nilai kemanusiaan pun hilang di dunia Papua. Ketika gereja harus berkata kebenaran dan keadilan bagi umat TUHAN, gereja selalu dicap (distigmanisasi) sebaga separatis.

Pencaplokan itu sengaja dibuat oleh aparat Indonesia agar gereja diam dan tak bersuara, dengan demikian, aparat dengan seenaknya dan semudahnya membantai dan membunuh umat TUHAN yang tak berdosa itu.

Kini Socrates Sofyan Yoman, yang adalah ketua Sinode Gereja Baptis Papua, dengan beraninya bangkit dan melawan tiap kekerasan yang dibaut dan diskenariokan oleh orang terlatih. Ia pun mengatakan bahwa umat TUHAN di Papua harus diselamatkan. Semua manusia di Papua harus menghargai dan mengakui hak hidup manusia sebagai ciptaan TUHAN yang hakiki. Walau ia harus di panggil, ia pun tetep berbantah, kalau ia tidak akan dating ke Polda Papua.

Dalam wawancaranya di bintang papua pada minggu, 29 Agustus 2010, Ketua Sinode Baptis pun mengatakan Stop stigmatisasi OPM, maker dan separatis bagi rakyat Papua. Di lain pihak, ia pun dengan keras mengatakan kalau ia tidak akan dating ke Polda.

Kejahatan di papua dilakukan oleh aparat. Sehingga sangat tidak logis, jika aparat meminta seorang imam datang kepada mereka untuk memintah maaf.

Kini terlihat, bahwa bangsa Indonesia, melalui aparat militernya sudah menunjukan kedangkalan pengetahuan dan pemahamannya. Jika sebuah bangsa memiliki pengetahuan yang sempit, maka kemungkinan Negara akan hancur.

Sungguh memprihatinkan, melihat aparat yang menunjukan kedangkalan pengetahuannya.




By: Marthen Goo
sumber tambahan:
http://www.bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6968:stop-stigmatisasi-opm-makar-dan-separatis&catid=25:headline&Itemid=96