Senin, 26 Juli 2010

MALARIA MEMATIKAN 53 RAKYAT PAPUA


Korban Tewas di Intan Jaya Jadi 53 Orang



JAYAPURA—Korban tewas akibat wabah penyakit malaria di sejumlah wilayah di Kabupaten Intan Jaya dalam tiga bulan terakhir ini bertambah. Jika sebelumnya dilaporkan 43 orang, namun data resmi dari Dinas Kesehatan setempat yang diterima DPRP di Jayapura korban tewas menjadi 53 orang.

Hal ini disampaikan Yulius Miagoni SH, Anggota Komisi A DPRP di ruang kerjanya, Senin (26/7). Dikatakan, Dinas Kesehatan Intan Jaya serta Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah melakukan pengobatan terhadap pasien yang terkena malaria, serta melakukan fogging (pengasapan) di beberapa lokasi yang diduga tempat bersarangnya nyamuk, namun warga masih mengeluh lantaran penanganan terhadap wabah malaria belum tuntas dan korbanya makin bertambah.

Namun demikian, lanjutnya, untuk mencegah agar tak menelan korban yang lebih banyak lagi, maka diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya, Pemprov Papua serta pemerintah pusat dapat melakukan pengobatan massal terhadap pasien yang tertular malaria di beberapa lokasi yang diduga sebagai sumber malaria.

Karena itu, lanjutnya, DPRP minta Dinas Kehatan Intan Jaya dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua agar segera menyalurkan bantuan seperti obat obatan, peralatan medis serta dana kepada warga di sejumlah wilayah di Intan Jaya.

Menurutnya, pasca operasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Intan Jaya dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua ditemukan dibeberapa wilayah di Kabupaten Intan Jaya terdapat sejumlah kolam ikan yang belum dimanfaatkan ternyata bersarang dan berkembang biak nyamuk anopheles. Tapi kini sejumlah kolam ikan tersebut telah dipelihara ikan kepala emas yang dapat memangsa nyamuk.

Dia mengatakan, pihaknya juga kecewa menyusul pihak Dinas Sosial Provinsi Papua pasca jatuhnya korban tak pernah menanggapi permohonan bantuan pakaian dan makanan yang disampaikan pemerintah daerah setempat. (mdc)


Sumber:
http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6204:korban-tewas-di-intan-jaya-jadi-53-orang-&catid=25:headline&Itemid=96#JOSC_TOP

AS-Korsel Gelar Latihan Anti Kapal Selam


AS-Korsel Gelar Latihan Anti Kapal Selam
Senin, 26 Juli 2010 | 20:39 WIB


SEOUL, KOMPAS.com - Kapal-kapal perang Amerika Serikat dan Korea Selatan melancarkan latihan anti kapal selam, Senin (26/7). Latihan itu merupakan bagian dari latihan angkatan laut penting yang bertujuan untuk menyampaikan peringatan kepada Korea Utara.

Kedua sekutu itu, yang menuduh Korea Utara (Korut) mengirim sebuah kapal selam untuk mentorpedo sebuah kapal perang Korea Selatan (Korsel), mengikutsertakan sekitar 20 kapal termasuk kapal induk USS George Washington yang berbobot mati 97.000 ton, 200 pesawat dan 8.000 personel. Empat pesawat tempur siluman F-22 terbang di dan sekitar Korea untuk pertama kali demi menunjukkan komitmen kuat Washington dalam menangkal dan mengalahkan setiap aksi provokatif, kata Letjen Jeffrey Remington, komandan Angkatan Udara VII kepada wartawan di pangkalan udara Osan.

Seoul dan Washington mengatakan, latihan empat hari itu yang dimulai Minggu, terbesar dalam beberapa tahun dan pertama dalam serangkaian pelatihan, bertujuan untuk menekankan bahwa serangan-serangan pada masa depan akan menghadapi tanggapan yang menentukan.

AS juga mengumumkan sanksi-sanksi baru untuk menghukum Korut atas tenggelamnya kapal perang itu dan mendesak Pyongyang menghentikan program senjata nuklirnya. Korut yang komunis menolak bertanggung jawab atas serangan terhadap korvet Korsel pada Maret lalu yang menewaskan 46 pelaut itu. Negara itu menyebut latihan "Invincible Spirit" itu sebagai satu latihan untuk perang.

"Latihan, Senin, dipusatkan mendeteksi lebih baik penyusupan satu kapal selam musuh dan menyerang mereka," kata seoarng juru bicara ketua Gabungan Kepala Staf Korsel kepada wartawan.

Militer Korsel mendapat kecaman keras karena gagal mendeteksi serangan kapal selam dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan itu.

sumber;
http://internasional.kompas.com/read/2010/07/26/20392735/AS.Korsel.Gelar.Latihan.Anti.Kapal.Selam

BANYAK BELAJAR DI LUAR NEGERI, TAK MENGERTI SIFAT MATERI


Pesimisnya Nicholas Meset, Menunjukan Ketidak Pengertiannya Serta Mengatakan Dirinya Tak Mengerti Revolusioner dan Hukum Internasional.


Seorang revolusioner yang baik dan sejati, selalu komitmen dan optimis dalam sebuah perjuangan yang dilakukannya. Hal itu terlihat dengan berberapa Revolusioner dunia yang menunjukan komitme dan optimisnya mereka dalam perjuangan. Toko-toko revolusioner itu seperti Nelson Mandela, Gandi, Sana, dan lainnya.

Namun hal ini sangatlah lumrah dan lucu, di mana Nicholas Meset yang mengangkat dirinya adalah pejuan harus menyerah, dan mengapdi kepada Indonesia serta difasilitasi oleh pemerintah untuk melakukan pendidikan propaganda kepada rakyat Papua bahwa isu Merdeka Hanya melelahkan dan mahkama Internasional telah mengakui Pepera 1969 sah ( Baca: minggu, 25 juli 2010). Sementara, Nicholas Meseta tak mampu memberikan dasar hukum bahwa Pepera itu sah.

Dalam perjnjian new york, di sana dikatakan bahwa “one man, one vote” (satu orang satu suara), namun itu kemudian dimanipulasi oleh Indonesia dengan mencopot 1025 orang (katanya 1025 orang mewakili 800.000 orang papua, yang sebenarnya sudah melanggar perjanjian roman tersebut), dan dibawah tekanan militer Indonesia, mereka diarahkan untuk harus memilih Indonesia. Beberapa dari mereka yang pilih Papua Merdeka harus lari ke Pasifik karena mereka dikejar untuk mau dibunuh, seperti Alm. Wim Songgonao dan teman-temannya. Di sitiuasi itu, hak dan kebebasan untuk menentukan nasip dan masa depannya sendiri pun tak diakui oleh Indonesia. Dibawah ancaman dan bantaian, mereka dipaksakan untuk harus memilih Indonesia. Sehingga berdasarkan sejarah itu, maka Pepera sungguh tidak sah, karena keabsaannya tidak memiliki dasar hukum, baik secara hukum nasional Indonesia, maupun hukum internasional.

Kepesemisan Nicholas Meset dan yang lainnya, menunjukan bahwa mereka tak memiliki komitmen dan pandangan yang baik tentang Hukum Indoternasional walau banyak belajar di luar Negeri. Karena selain Pepera yang cacat hukum, tapi juga bahwa yang namanya materi itu selalu berubah bentuk, dari yang satu menjadi yang lain. Misalnya, besi dalam proses perubahan waktu, mengalami proses perubahan ke arah kekaratan. Begitu juga dengan kemerdekaan sebuah Negara. Negara merdeka di seluruh dunia pun, sebelumnya dalam proses perjuangan mengalami nasip yang sama, yakni sering ada anggapan bahwa susah menunju kemerdekaan, namun akhirnya merdeka juga. Hal itu seperti Indonesia. dalam proses jajahan yang dialami. Sebelumnya Indonesia pun beranggapan bahwa Indonesia tidak akan merdeka, namun karena komitmen dan keseriusan para revolusioner, maka Indonesia pun merdeka.



Bagimana dengan Papua?
Papua pun akan mengalami perubahan materi. Karena perubahan materi selalu terjadi berdasarkan penyebab. Dan penyebab itu justru dilakukan oleh Indonesia sendiri. Misalnya dengan Genosida (pemusnaan etnis asli Papua) yang hendak dilakukan oleh Indonesia atas papua.

Berdasarkan itu maka, poin penegasan bahwa:
1) Pepera cacat hukum
2) Perubahan materi akan terjadi, dan itu dilahirkan oleh Indonesia, sehingga Papua pasti Merdeka

Selasa, 26 juli 2010

(renungan dibalik sebuah fakta sejarah dan kondisi nyata)




Oleh: marthen goo

Info dukungan:
http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6173:isu-merdeka-hanya-melelahkan&catid=25:headline&Itemid=96