Senin, 26 Juli 2010

BANYAK BELAJAR DI LUAR NEGERI, TAK MENGERTI SIFAT MATERI


Pesimisnya Nicholas Meset, Menunjukan Ketidak Pengertiannya Serta Mengatakan Dirinya Tak Mengerti Revolusioner dan Hukum Internasional.


Seorang revolusioner yang baik dan sejati, selalu komitmen dan optimis dalam sebuah perjuangan yang dilakukannya. Hal itu terlihat dengan berberapa Revolusioner dunia yang menunjukan komitme dan optimisnya mereka dalam perjuangan. Toko-toko revolusioner itu seperti Nelson Mandela, Gandi, Sana, dan lainnya.

Namun hal ini sangatlah lumrah dan lucu, di mana Nicholas Meset yang mengangkat dirinya adalah pejuan harus menyerah, dan mengapdi kepada Indonesia serta difasilitasi oleh pemerintah untuk melakukan pendidikan propaganda kepada rakyat Papua bahwa isu Merdeka Hanya melelahkan dan mahkama Internasional telah mengakui Pepera 1969 sah ( Baca: minggu, 25 juli 2010). Sementara, Nicholas Meseta tak mampu memberikan dasar hukum bahwa Pepera itu sah.

Dalam perjnjian new york, di sana dikatakan bahwa “one man, one vote” (satu orang satu suara), namun itu kemudian dimanipulasi oleh Indonesia dengan mencopot 1025 orang (katanya 1025 orang mewakili 800.000 orang papua, yang sebenarnya sudah melanggar perjanjian roman tersebut), dan dibawah tekanan militer Indonesia, mereka diarahkan untuk harus memilih Indonesia. Beberapa dari mereka yang pilih Papua Merdeka harus lari ke Pasifik karena mereka dikejar untuk mau dibunuh, seperti Alm. Wim Songgonao dan teman-temannya. Di sitiuasi itu, hak dan kebebasan untuk menentukan nasip dan masa depannya sendiri pun tak diakui oleh Indonesia. Dibawah ancaman dan bantaian, mereka dipaksakan untuk harus memilih Indonesia. Sehingga berdasarkan sejarah itu, maka Pepera sungguh tidak sah, karena keabsaannya tidak memiliki dasar hukum, baik secara hukum nasional Indonesia, maupun hukum internasional.

Kepesemisan Nicholas Meset dan yang lainnya, menunjukan bahwa mereka tak memiliki komitmen dan pandangan yang baik tentang Hukum Indoternasional walau banyak belajar di luar Negeri. Karena selain Pepera yang cacat hukum, tapi juga bahwa yang namanya materi itu selalu berubah bentuk, dari yang satu menjadi yang lain. Misalnya, besi dalam proses perubahan waktu, mengalami proses perubahan ke arah kekaratan. Begitu juga dengan kemerdekaan sebuah Negara. Negara merdeka di seluruh dunia pun, sebelumnya dalam proses perjuangan mengalami nasip yang sama, yakni sering ada anggapan bahwa susah menunju kemerdekaan, namun akhirnya merdeka juga. Hal itu seperti Indonesia. dalam proses jajahan yang dialami. Sebelumnya Indonesia pun beranggapan bahwa Indonesia tidak akan merdeka, namun karena komitmen dan keseriusan para revolusioner, maka Indonesia pun merdeka.



Bagimana dengan Papua?
Papua pun akan mengalami perubahan materi. Karena perubahan materi selalu terjadi berdasarkan penyebab. Dan penyebab itu justru dilakukan oleh Indonesia sendiri. Misalnya dengan Genosida (pemusnaan etnis asli Papua) yang hendak dilakukan oleh Indonesia atas papua.

Berdasarkan itu maka, poin penegasan bahwa:
1) Pepera cacat hukum
2) Perubahan materi akan terjadi, dan itu dilahirkan oleh Indonesia, sehingga Papua pasti Merdeka

Selasa, 26 juli 2010

(renungan dibalik sebuah fakta sejarah dan kondisi nyata)




Oleh: marthen goo

Info dukungan:
http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6173:isu-merdeka-hanya-melelahkan&catid=25:headline&Itemid=96

Tidak ada komentar:

Posting Komentar